BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Rumah sakit merupakan institusi yang memberikan pelayanan
kesehatan mempunyai komponen yang banyak dan kompleks serta dari berbagai macam
Sumber Dasar Manusia (SDM), baik umum maupun yang terikat profesi. Demikian juga
mutu pelayanan kesehatan yang dihasilkan sangat tergantung pada SDM yang ada
terbagi dalam beberapa jabatan (kelompok) antara lain medik (dokter), jabatan
keperawatan, jabatan penunjang medik (apoteker, ahli gizi dll) dan jabatan
administrasi. Jabatan dokter dan perawat merupakan inti SDM rumah sakit
sehingga mutu pelayanan sangat ditentukan kedua jabatan ini.
Khusus
jabatan keperawatan rumah sakit memegang nilai strategis karena jumlah perawat
sangat banyak dan perawat berhubungan langsung dengan pasien 24 jam penuh.
Kekhususan ini memerlukan SDM perawat yang kompeten baik secara ilmu dan
tehnologi maupun psikologis mental emosional sehingga perawat mampu mengadakan
komunikasi terapi dengan pasien.
Pelayanan asuhan
keperawatan (askep) psikiatrik sangat berperan dalam proses
penyembuhan atau perbaikan penderita gangguan jiwa. Untuk hal tersebut nanyak Rumah
Sakit Jiwa yang berusaha meningkatkan kemampuan petugas, memperbaiki sitem
kerja organisasi, meningkatkan fasilitas dan insentif pegawai untuk menambah
kinerjanya. Namun nampaknya hasil belum seperti yang diharapkan, khusus kinerja
perawat belum memuaskan.
Idealnya sistem
rekruitmen perawat yang ada mengarah pada pemilihan individu perawat yang
betul-betul kompeten, care dan termotivasi pada perawatan pasien psikiatri
dengan melibatkan pemeriksaan personality.
Pelayanan askep
pasien psikiatrik kadang dianggap monoton, kuran menantang, membosankan dan hal
ini bisa membuat jenuh perawat. Ditambah pasien bersifat kronik dan mudah
relaps, pasien lama dirawat dan mengalami detiriorating kemampuan yang
selanjutnya menambah kejenuhan para perawat. Pekerjaan yang monoton, menghadapi
pasien yang sudah mengalami detiriorating makin lama akan menambah kejenuhan
dan hal ini akan mempengaruhi kinerja perawat. Bila keadaan ini dianggap
sebagai stressor tentunya akan menurunkan motivasi dan kinerja bahkan menimbulkan
psikopatologi pada perawat. Sebaliknya bila hal ini dianggap sebagai tantangan
akan memacu motivasi dan kinerja perawat. Askep jiwa lebih menekanka pada
penjagaan pasien dari perilaku yang tak terduga dan tak terkendali, perilaku agresif
baik terhadap lingkungannya maupun terhadap dirinya sendiri.
Perawat harus bisa
melindungi pasien dari rasa ketakutan, kecemasan dan perasaan rendah diri
karena gejala waham, halusinasi ataupun proses fikir yang kacau. Disini
diperlukan perawat yang berkepribadian dewasa, mature, proaktif, asertif,
mempunyai motivasi tinggi membantu pasien dan bebas psikopatologi. Pribadi
perawat idealnya bisa menjadi model terapi bagi pasien, mampu membimbing pasien
dan keluarganya. Maka perawat haruslah mempunyai nilai-nilai dan tanggung jawab
yang tinggi, peka dan tanggap terhadap permasalahan, mampu membedakan masalah
tugas dan masalah pribadi. Perawat harus memiliki ketahanan mental yang baik,
kemampuan beradapatasi, bisa berkomunikasi yang efektif dan bebas dari
psikopatologi.
B. TUJUAN
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1.
Mengetahui
tatacara melakukan tindakan asuhan keperawatan pasien dengan masalah
psikososial.
2.
Memahami
aspek sosiologi dalam melakukan tindakan asuhan keperawatan.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN PSIKOSOSIAL dan SOSIOLOGI
Menurut
para ahli psikologi sosial diartikan sebagai berikut:
o
Psikologi sosial merupakan
suatu usaha untuk memahami dan menjelaskan bagaimana pikiran,perasaan dan
tingkah laku individu dipengaruhi oleh kehadiran orang lain baik secara aktual
maupun imajiner (Allport, 1985)
o
Psikologi sosial merupakan
ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku individu sebagai fungsi dari
stimulus sosial (Shaw&Costanzo)
o
Psikologi sosial merupakan ilmu
pengetahuan yang mempelajari cara individu berpikir, merasa, dan bertingkah
laku dalam setting sosial (Brehm&Kassin,1993)
Jadi kesimpulannya psikososial adalah setiap perubahan dalam kehidupan individu, baik yang bersifat
psikologik maupun sosial yang mempunyai pengaruh timbal balik.
Menurut para ahli sosiologi adalah sebagai nerikut:
1.
Pitirim
Sorokin
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal
balik antara aneka macam gejala sosial (misalnya gejala ekonomi, gejala
keluarga, dan gejala moral), sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan
dan pengaruh timbal balik antara gejala sosial dengan gejala non-sosial, dan
yang terakhir, sosiologi adalah ilmu yang mempelajari ciri-ciri umum semua
jenis gejala-gejala sosial lain.
2. Roucek dan Warren
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam
kelompok-kelompok.
3.
William F.
Ogburn dan Mayer F. Nimkopf
Sosiologi adalah penelitian secara ilmiah terhadap interaksi sosial dan
hasilnya, yaitu organisasi sosial.
4.
J.A.A Von
Dorn dan C.J. Lammers
Sosiologi adalah ilmu pengetahuan tentang struktur-struktur dan
proses-proses kemasyarakatan yang bersifat stabil.
5. Max Weber
Sosiologi adalah ilmu yang berupaya memahami tindakan-tindakan sosial.
6.
Selo
Sumardjan dan Soelaeman Soemardi
Sosiologi adalah ilmu kemasyarakatan yang mempelajari struktur sosial
dan proses-proses sosial termasuk perubahan sosial.
7.
Paul B.
Horton
Sosiologi adalah ilmu yang memusatkan penelaahan pada kehidupan
kelompok dan produk kehidupan kelompok tersebut.
8.
Soejono
Sukamto
Sosiologi adalah ilmu yang memusatkan perhatian pada segi-segi
kemasyarakatan yang bersifat umum dan berusaha untuk mendapatkan pola-pola umum
kehidupan masyarakat.
9.
William Kornblum
Sosiologi adalah suatu upaya ilmiah untuk mempelajari masyarakat dan
perilaku sosial anggotanya dan menjadikan masyarakat yang bersangkutan dalam
berbagai kelompok dan kondisi.
10. Allan Jhonson
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari kehidupan dan perilaku, terutama
dalam kaitannya dengan suatu sistem sosial dan bagaimana sistem tersebut
mempengaruhi orang dan bagaimana pula orang yang terlibat didalamnya
mempengaruhi sistem tersebut.
11. Emile Durkheim
Sosiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari fakta-fakta sosial, yakni
fakta yang mengandung cara bertindak, berpikir, berperasaan yang berada di luar
individu di mana fakta-fakta tersebut memiliki kekuatan untuk mengendalikan
individu.
Selain itu ada juga beberapa definisi Sosiologi di bidang pendidikan menurut
para ahli:
a.
F.G. Robbins, sosiologi
pendidikan adalah sosiologi khusus
yang tugasnya menyelidiki struktur dan dinamika proses pendidikan. Struktur
mengandung pengertian teori dan filsafat pendidikan, sistem kebudayaan,
struktur kepribadian dan hubungan kesemuanya dengantata sosial masyarakat.
Sedangkan dinamika yakni proses sosial dan kultural, proses perkembangan
kepribadian,dan hubungan kesemuanya dengan proses pendidikan.
b.
H.P.
Fairchild dalam bukunya ”Dictionary
of Sociology” dikatakan bahwa sosiologi pendidikan adalah sosiologi yang diterapkan untuk memecahkan
masalah-masalah pendidikan yang fundamental. Jadi ia tergolong applied
sociology.
c.
Prof. DR S. Nasution,M.A., Sosiologi
Pendidikan adalah ilmu yang berusaha
untuk mengetahui cara-cara mengendalikan proses pendidikan untuk mengembangkan
kepribadian individu agar lebih baik.
d.
F.G Robbins
dan Brown, Sosiologi Pendidikan ialah ilmu yang membicarakan dan menjelaskan hubungan-hubungan sosial yang
mempengaruhi individu untuk mendapatkan serta mengorganisasi pengalaman.
Sosiologi pendidikan mempelajari kelakuan sosial serta prinsip-prinsip untuk
mengontrolnya.
e.
E.G Payne, Sosiologi
Pendidikan ialah studi yang
komprehensif tentang segala aspek pendidikan dari segi ilmu sosiologi yang
diterapkan.
f.
Drs. Ary H.
Gunawan, Sosiologi Pendidikan ialah ilmu pengetahuan yang berusaha memecahkan masalah-masalah pendidikan
dengan analisis atau pendekatan sosiologis.
Dari berbagai definisi diatas, maka
dapat disimpulkan bahwa :
Sosiologi adalah ilmu yang membicarakan apa
yang sedang terjadi saat ini, khususnya pola-pola hubungan dalam masyarakat
serta berusaha mencari pengertian-pengertian umum, rasional, empiris serta
bersifat umum.
B. MASALAH-MASALAH
PSIKOSOSIAL
Psikososial merupakan
masalah kejiwaan dan kemasyarakatan yang mempunyai pengaruh timbal balik,
sebagai akibat terjadinya perubahan sosial dan atau gejolak sosial dalam
masyarakat yang dapat menimbulkan gangguan jiwa.
Contoh-contoh masalah psikosial antara lain :
a.
Psikotik
gelandangan.
b.
Pemasungan
penderita gangguan jiwa.
c.
Masalah
anak : anak jalanan, penganiayaan anak.
d.
Masalah
anak remaja : tawuran, kenakalan.
e.
Masalah
seksual : penyimpangan seksual, pelecehan seksual, eksploitasi seksual.
a . Psikotik Gelandangan
1. Pengertian
Psikotik
gelandangan adalah penderita gangguan jiwa kronis yang keluyuran di jalan-jalan
umum, dapat mengganggu ketertiban umum dan merusak keindahan lingkungan.
2. Penyebab
Keluarga tidak
peduli, keluarga malu, keluarga tidak tahu, obat tidak diberikan, tersesat
ataupun karena
urbanisasi yang gagal.
3. Pengenalan
Dikenal
sebagai orang dengan tubuh yang kotor sekali, rambutnya seperti sapu ijuk,
pakaiannya
compang-camping, membawa bungkusan besar yang berisi macam-macam
barang,
bertingkah laku aneh seperti tertawa sendiri, serta sukar diajak berkomunikasi.
4.
Penatalaksanaan
Dirawat sampai
sembuh di Rumah Sakit Jiwa atau Panti Laras (Dinas Sosial).
5. Pencegahan
Komunikasi,
Informasi, Edukasi (KIE); obat injeksi long acting; penciptaan lapangan
pekerjaan di
desa.
b. Pemasungan Penderita
Gangguan Jiwa
1. Pengertian
Pemasungan
penderita gangguan jiwa adalah tindakan masyarakat terhadap penderita
gangguan jiwa
(biasanya yang berat) dengan cara dikurung, dirantai kakinya dimasukan
kedalam balok
kayu dan lain-lain sehingga kebebasannya menjadi hilang.
2. Penyebab
Ketidaktahuan
pihak keluarga; rasa malu pihak keluarga; penyakitnya tidak kunjung sembuh; tidak
ada biaya pengobatan; tindakan keluaga untuk mengamankan lingkungan.
3. Pengenalan
Dikenal dari
antara lain : terkurung dalam kandang binatang peliharaan; terkurung dalam
rumah; kaki
atau lehernya dirantai; salah satu atau kedua kakinya dimasukkan kedalam balok kayu
yang dilubangi.
4.
Penatalaksanaan
Dirawat sampai
sembuh di Rumah Sakit Jiwa, kemudian dilanjutkan dengan rawat jalan.
5. Pencegahan
Komunikasi, Informasi, Edukasi (KIE); kurasi (penyembuhan) dan rehabilitasi
yang lebih
baik; memanfaatkan sumber dana dari JPS-BK; penciptaan Therpeutic
Community (lingkungan yang mendukung proses penyembuhan).
c. Masalah Anak (Anak Jalanan,Penganiayaan Anak)
1) Anak Jalanan
1. Pengertian
Anak jalanan adalah anak-anak yang menghabiskan sebagian waktunya untuk
bekerja di
jalanan kawasan urban. UNICEF (1986) memberikan batasan sebagai “Children
who work on the streets of urban areas, without reference to the time they
spend there or the reasons for being there”. Mereka umumnya bekerja di
sektor informal.
2. Penyebab
Akibat kesulitan ekonomi; banyaknya orang tua yang urbanisasi dan jadi
pengemis di ibukota; kekacauan dalam kehidupan keluerga khususnya perlakuan
keras dan penelantaran; untuk menghindar dari penganiayaan dan kemiskinan.
3. Pengenalan
Komonitas ini sangat mudah ditemui, bergerombol di perapatan lampu, pusat
pertokoan, terminal bus dan tempat keramaian yang memungkinkan mereka
mendapatkan uang.
Berdasarkan latar belakang kehidupan dan motivasi,mereka dibedakan atas :
a. Golongan anak jalanan pekerja perkotaan, yakni mereka
yang keberadaannya di jalanan terutama untuk mencari nafkah bagi dirinya maupun
keluarganya.
b.Golongan anak jalanan “murni”, yakni yang menjalani
seluruh aspek kehidupannya di jalanan. Mereka umumnya adalah pelarian dari
keluarga bermasalah. Kehidupan jalanan membentuk subkultur tersendiri yang
disebut budaya jalanan dengan nilai moralitas yang longgar, nilai perjuangan
untuk bertahan hidup, penuh kekerasan, penonjolan kekuatan, ketiadaan figur
orangtua, peranan kelompok sebaya yang besar.
Faktor-faktor yang berperan terhadap perkembangan pola
perilaku anak jalanan yaitu:
a.
Ada tidaknya kehadiran keluarga. Yang lepas
hubungan dengan keluarganya, cenderung lebih banyak memperlihatkan perilaku
antisosial.
b.
Struktur
keluarga. Yang berasal dari keluarga besar, cenderung kurang dapat perhatian
dari orangtua dan cenderung lebih rentan terlibat gangguan tingkah laku.
c.
Lamanya terlibat dalam kehidupan jalanan.
Semakin lama dan semakin banyak waktunya mengeluti dunia jalanan, semakin akrab
dengan nilai-nilai kultur jalanan.
d.
Faktor
pendidikan. Yang masih bersekolah, tampak lebih mampu mempertahankan
nilai-nilai yang serasi dengan konformitas sosial masyarakat umum.
e.
Lingkungan
tempat tinggal. Yang “murni” anak jalanan, cenderung lebih banyak memperlihatkan
perilaku antisosial.
Faktor-faktor tersebut sangat mempengaruhi perkembangan perilaku
dan mental emosional, antara lain : kecenderungan berperilaku agresif-impulsif,
gangguan tingkah laku, seks bebas, penyalahgunaan zat dan berkembangnya
berbagai perilaku antisosial.
4. Penatalaksanaan
Melaksanakan Keppres Nomor 36/1990, yang menyatakan bahwa anak mempunyai
hak bagi kelangsungan hidup dan tumbuh kembangnya yang optimal, serta
memperoleh perlindungan dari berbagai bentuk eksplotasi, diskriminasi, kesewenang-wengan
dan kelalaian.
Peran serta LSM dan Kelompok Profesi yang menggeluti masalah tumbuh kembang
anak (pediatri, psikiatri, psikologi, pedagogi) dalam memberikan perhatian
terhadap kelangsungan hidup anak jalanan.
5. Pencegahan
- Sosialisasi dan pelaksanaan Undang-Undang Perlindungan Anak yang baru.
- DPRD dapat membuat PERDA Khusus yang mengatur
perlindungan terhadap anak termasuk perlindungan dari sasaran penertiban
aparat.
2) Penganiayaan
Anak
1. Pengertian
Penganiayaan anak adalah perlakuan orang dewasa/anak yang lebih tua dengan menggunakan
kekuasaan/otoritasnya terhadap anak yang tak berdaya yang seharusnya menjadi
tanggung jawab/pengasuhnya, yang berakibat penderitaan, kesengsaraan, cacat atau
kematian.
2. Penyebab Orangtua, yang :
-
pernah
jadi korban penganiayaan anak dan terpapar oleh kekerasan dalam rumah.
-
kondisi
kehidupannya penuh sters, seperti rumah yang sesak, kemiskinan.
-
menyalahgunakan
NAPZA.
-
mengalami
gangguan jiwa seperti depresi atau psikotik atau gangguan keperibadian.
Anak, yang :
-
prematur.
-
retardasi
mental
-
cacat
fisik.
-
suka
menangis hebat atau banyak tuntutan.
3. Pengenalan
Indikator
Telah Terjadinya Penganiyaan Anak :
-
Cedera
atau bekasnya yang bercirikan penganiyaan fisik.
-
Tidak
langsung dibawa ke dokter tapi telah diobati sekedarnya.
-
Riwayat
penyakit berulang.
-
Perilaku
dan emosi orangtua tidak adekuat.
-
Hubungan
anak dan orangtua tidak wajar, anak ketakutan atau masalah kejiwaan lain.
Akibat
Penganuayaan Pada Anak,
anak :
-
tidak
berani menceritakan peritiwa yang dialaminya
-
mudah
takut,tidak percaya orang,selalu waspada atau sangat penurut
-
hati-hati
dalam berhubungan fisik dengan orang dewasa
-
mungkin
takut untuk pulang ke rumah
Masalah
kejiwaan (psikopatologi) yang dapat terjadi :
1.
Depresi
2.
Gangguan
perilaku antara lain: Gangguan Perilaku Menentang
3.
GPPH
(Gangguan Pemusatan Perhatian & Hiperaktifitas)
4.
Disosiasi
5.
Gangguan
Syres Pasca Trauma
4.
Penatalalaksanaan
Pendekatan
Psikologis Terhadap Anak Korban Penganiayaan, yaitu memperhatikan
kebutuhan anak yang
mengalami penganiayaan, yaitu untuk :
-
dapat
mempercayai seseorang
-
diperkenankan
menjadi seorang anak
-
didorong
menjadi seorang individu; mengembangkan potret diri yang positif; mengembangkan
cara-cara berinteraksi dengan orang lain
-
mengembangkan
cara mengkomunikasikan persaan-perasaannya secara verbal;
-
belajar
mengendalikan diri; belajar bahwa ia boleh menyalurkan perasaan perasaan
agresifnya dalam permainannya, dimana ia tidak akan melukai dirinya sendiri
atau orang lain; belajar bagaimana caranya mengatasi stres.
5. Pencegahan
Penegakan hukum positif berkaitan dengan kekerasan terhadap anak antara
lain Undang- Undang Perlindungan Anak.
d. Anak Remaja
(Tawuran, Kenakalan Remaja)
1) Tawuran
1. Pengertian
Tawuran adalah kegitan “sampingan” pelajar,yang beraninya hanya kalau
bergerombol/berkelompok dan sama sekali tidak ada gunanya,bahkan dapat dibilang
merupakan tindakan pengecut.
2. Penyebab :
a.
Iseng,bosan,
jenuh;
b.
Tekanan kelompok dalam bentuk solidaritas;
c.
Peran
negatif BASIS (Barisan Siswa) diluar sistem sekolah;
d.
Warisan
dendam/musuh, menguji kekebalan;
e.
Kaderisasi
bekas siswa yang drop out (putus sekolah);
f.
Kurang
komunikasi orang tua,anak dan sekolah;
g.
Kesenjangan
sosial ekonomi; lingkungan sekolah belum bersabat dengan remaja;
h.
Tidak
tersedianya sarana/prasarana penyaluran agreifitas;
i.
Lingkungan
yang tidak kondusif bagi perkembangan keperibadian sehat;
j.
Pengaruh
media masa (cetak dan electronik) yang memberitakan dan menayangkan kekerasan
dan aresifitas;
k.
Penggunaan
NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif
lainnya).
3. Pengenalan
Tawuran
biasanya terjadi pada
a.
hari-hari
tertentu (hari ulang tahun sekolah);
b.
adanya
konsentrasi masa siswa di halte bus/dalam bus,di tempat nongkrong lain;
c.
adanya
siswa membawa senjata,payung ataupun batu.
d.
Frekuensi
tawuran meningkat pada saat :
-
tahun
ajaran baru,
-
saat
menjelang liburan sekolah atau setelah ulangan umum,dan cenderung rendah atau tidak
terjadi pada bulan puasa sampai lebaran.
Ciri-ciri
remaja/siswa yang rentan terhadap tawuran, adalah siswa yang:
a.
punya
ego dan harga diri tinggi,sehingga mudah berespon terhadap ejekan
b.
bermasalah
dari rumah dan lingkungan
c.
mudah
bosan, tegang/stres
d.
hidup
dengan kondisi kemiskinan
e.
menggunakan
NAPZA
4. Penatalaksanaan
a.
Memasukan
kembali mata pelajaran Budi Pekerrti yang selaras dengan norma-norma agama dari
Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah Umum/Khusus.
b.
Meningkatkan
kegiatan ekstra kurikuler.
c.
Memberdayakan
guru bimbingan penyuluhan/bimbingan konseling dan lembaga konseling laingnya.
d.
Mengusulkan
kepada Pemda agar menyediakan transportasi khusus anak sekolah
e.
Melakukan
kajian ilmiah/penelitian terjadinya tawuran.
f.
Meningkatkan
kepedulian masyarakat untuk mencegah terjadinya tawuran sebagai bagian dari
pencegahan kekerasan di masyarakat.
g.
Pengawasan
ketat media yang menyajikan adegan kekerasan. Meningkatkan keamanan terpadu
antara sekolah, kepolisian dan masyarakat untuk mencegah dan menanggulangi
terjadinya tawuran anak sekolah.
h.
Dialog
interaktif antara siswa, guru dan orang tua serta pemerintah
i.
Sosialisasi
bahaya tawuran kepada siswa, guru orang tua, tokoh agama, tokoh masyarakat melalui
tatap muka, media cetak dan media elektronik
5. Pencegahan
Upaya
Pencegahan Masalah Tawuran dilakukan melalui :
Peran
Orangtua
a.
Menanamkan
pola asuh anak sejak prenatal dan balita
b.
Membekali
anak dengan dasar moral dan agama
c.
Mengerti
komunikasi yang baik dan efektif antara orang tua-anak
d.
Menjalin
kerja sama yang baik dengan guru,misalnya melalui pembentukan Forum ,Perwakilan,BP3
dan penyediaan ruang khusus untuk BP3.
e.
Menjadi
tokoh panutan bagi anak tentang perilaku dan lingkungan sehat
f.
Menerapkan
disiplin yang konsisten pada anak
g.
Hindari
dari NAPZA (Narkotika,Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya).
Peran Guru
a.
Ber”sahabat”
dengan siswa.
b.
Menciptakan
kondisi sekolah yang nyaman.
c.
Memberikan
keleluasan siswa mengekpresikan diri pada kegiatan ekstrkurikuler.
d.
Menyediakan
sarana dan prasarana bermain serta olahraga.
e.
Meningkatkan
peran dan pemberdadayaan guru BP.
f.
Meningkatkan
disiplin sekolah dan sangsi yang tegas.
g.
Meningkatkan
kerjasama dengan orang tua guru, sekolah lain.
h.
Mewaspadai
adanya provokator.
i.
Meningkatkan
deteksi dini penanggulangan penyalahgunaan NAPZA.
Peran
Pemerintah dan Masyarakat
a.
Menghidupkan
kembali kurikulum Budi Pekerti
b.
Menyediakan
sarana/prasarana untuk menyalurkan agresifitas anak melalui olah raga dan bermain
c.
Menegakkan
hukum,sanksi dan disiplin yang tegas
d.
Memberikan
keteladanan,hentikan pertikaian
e.
Menanggulangi
NAPZA,terapkan peraturan dan hukumnya
f.
Lokasi
sekolah dijauhkan dari pusat perbelanjaan atau pusat hiburan
Peran
Media
a.
Sajikan
tayangan atau berita tanpa kekerasan (jam tayang sesuai tingkat usia)
b.
Sampaikan
berita dengan kalimat yang benar dan tepat (tidakprovokatif)
c.
Rubrik
khusus media masa (etak,elektronik) bagi remaja dan pendidikan yang bebas biaya.
2) Kenakalan Remaja
1. Pengertian
Kenakalan remaja
adalah tingkah laku yang melaupaui batas toleransi orang lain dan lingkungannya,yang
dapat melanggar hak azazi menusia sampai melanggar hukum.
2. Penyebab
a.
Faktor
genetik/biologik/konstitusional
b.
Faktor
pola asuh
c.
Rasa
rendah diri,tidak aman,takut yang dikompensasi dengan perilaku risiko tinggi,pembentukan
identitas diri yang kurang mantap dan keinginan mencoba batas kemampuannya
d.
Proses
identifikasi remaja terhadap tindak kekerasan
e.
Penanaman
nilai yang salah,yaitu orang atau kelompok yang berbeda (misalnya seragam
sekolah,etnik,agama) dianggap “musuh”
f.
Pengaruh
media massa (majalah,film,televisa)
3. Pengenalan
Bentuk kenakalan
antara lain :
a.
melawan
orangtua,
b.
tidak
melaksanakan tugas,
c.
mencuri,
merokok, naik bus tanpa bayar,
d.
membolos,
lari dari sekolah,
e.
memeras,
sampai membongkar rumah, mencuri mobil,
f.
memperkosa,
menganiaya, membunuh, merampok atau tindakan kriminal lainnya.
4. Penatalaksanaan
a.
Menilai
faktor yang melatarbelakangi terjadinya kenakalan remaja (aspek biologik,
psikologik dan sosial) dan beratnya stesor yang dihadapi remaja.
b.
Program
konseling bagi remaja, orangtua dan keluarga, penting agar mereka menyadari
bahwa remaja dalam perkembangannya membutuhkan dukungan.
c.
Komunikasi
dua arah yang “terbuka” dan mengubah interaksi sehingga keluarga dapat
menyelesaikan masalah dengan cara yang lebih sehat.
e. Masalah Seksual
Masalah seksual disini adalah masalah psikososial yang berkaitan dengan
problimatika seksual. Tiga topik yang akan dibicarakan disini adalah penyimpangan seksual,
pelecehan seksual dan eksploitasi seksual pada anak.
1) Penyimpangan
Seksual
1. Pengertian
Penyimpangan seksual diartikan sebagai suatu kodisi dimana terjadi gangguan
pada keinginan
seksual dan pada perubahan-perubahan psikofisiologik siklus respons seksual
dan menyebabkan distres yang nyata dan kesulitan interpersonal.
2. Penyebab
a.
faktor
psikososial
-
gagal
menyelessaikan proses perkembangan menjadi seseorang heteroseksual.
-
Pengalan
dini yang mengkondisikan atau mensosialisasikan anak kedalam
penyimpangan seksual
b.
faktor
organik
-
kadar
hormon yang abnormal
-
kelainan
berupa tanda-tanda neurologik samar maupun nyata
-
khromosom
yang abnormal
-
riwayat
kejang
-
kelainan
rekaman otak tanpa kejang
-
gangguan
jiwa berat
-
retardasi
mental
3.
Penatalaksanaan
-
Psikoterapi
berorientasi tilikan
-
Terapi
seksual
-
Terapi
perilaku
-
Farmakoterapi
4.
Pencegahan
-
Pola
asuh yang memungkinkan perkembangan seksual berjalan normal.
-
Deteksi
dini kadar hormon dan kromosom.
2) Pelecehan
Seksual (Sexualabuse) Pada Anak :
1. Pengertian
Pelecehan seksual pada anak dalam bentuk tindakan meraba-raba dan
mengadakan hubungan kelamin (penetrasi),hubungan seks anal atau perilaku
pomografi,dilakukan oleh orang yang sama atau berbeda kelaminnya,dapat juga berupa
insas.
2. Penyebab
-
Pelaku
pernah mengalami hal yang sama
-
Pelaku
tergolong pedofilia
-
Pelaku
juga melakukan penganiayaan fisik pada anak
3. Pengenalan
Indikator telah
terjadinya penganiayaan (pelecehan) seksual :
-
Anak
menderita penyakit hubungan seksual (PHS)
-
Ada
infeksi vagina yang berulang pada anak dibawah 12 tahun
-
Anak
mengeluh nyeri pada alat kelaminnya,ada perdarahan atau discharge,
pakaian dalam robek atau ada bercak darah
-
Ditemukan
cairan mani disekitar mulut,genitalia,anus atau pakaian
-
Terdapat
gangguan dalampengendalian BAB,BAK,selain memar pada badanya
4.
Penatalaksanaan
Pada prinsipnya sama dengan penatalaksanaan pada anak
yang mengalami penganiayaan (fisik).
5.
Pencegahan
-
Penegakan
hukum positif (Undang-undang Perlindungan Anak)
-
Identifikasi
keluarga yang punya risiko tinggi untuk melakukan penganiayaan
seksual pada anak dan jika ditemukan,dilakukan intervensi
dini
-
Pendidikan
deteksi dini pada profesi medik dan yang bergerak di bidang
kesehatan terutama yang sering kontak dengan anak-anak
C. KESEHATAN JIWA
Kesehatan
Jiwa adalah Perasaan Sehat dan Bahagia serta
mampu mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagaimana adanya
serta mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain.
Kesehatan jiwa meliputi :
-
Perasaan terhadap diri sendiri
-
Perasaan terhadap orang lain
-
Kemampuan mengatasi persoalan hidup
anda sehari - hari.
Beberapa
pengertian manusia:
- Individu yang holistik: terdiri dari jasmani dan ‘rohani’.
- Terdiri dari komponen jasmani, akal, jiwa dan qalbu (ruh)
- Struktur jiwa manusia terdiri dari id (insting-prinsip kepuasan), ego (kesadaran realitas-prinsip realitas), super ego/ moralitas-prinsip moralitas (Teori Freud)
Rentang sehat
jiwa :
- Dinamis bukan titik statis
- Rentang dimulai dari sehat optimal – mati
- Ada tahap-tahap
- Adanya variasi tiap individu
- Menggambarkan kemampuan adaptasi
- Berfungsi secara efektif : sehat
D. PENGERTIAN
KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
a. Menurut American Nurses Associations
(ANA)
Keperawatan
jiwa adalah area khusus dalam praktek keperawatan yang menggunakan ilmu tingkah
laku manusia sebagai dasar dan menggunakan diri sendiri secara teraupetik dalam
meningkatkan, mempertahankan, memulihkan kesehatan mental klien dan kesehatan
mental masyarakat dimana klien berada (American Nurses Associations).
b. Menurut WHO
Kes. Jiwa bukan
hanya suatu keadaan tdk ganguan jiwa, melainkan mengandung berbagai
karakteristik yg adalah perawatan langsung, komunikasi dan management, bersifat
positif yg menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yg mencerminkan
kedewasaan kepribadian yg bersangkutan.
c. Menurut UU KES. JIWA NO 03 THN 1966
Kondisi yg
memungkinkan perkembangan fisik, intelektual emosional secara optimal dari
seseorang dan perkebangan ini selaras dengan orang lain.
Keperawatan
jiwa adalah pelayanan keperawatan profesional didasarkan pada ilmu perilaku,
ilmu keperawatan jiwa pada manusia sepanjang siklus kehidupan dengan respons
psiko-sosial yang maladaptif yang disebabkan oleh gangguan bio-psiko-sosial,
dengan menggunakan diri sendiri dan terapi keperawatan jiwa ( komunikasi
terapeutik dan terapi modalitas keperawatan kesehatan jiwa ) melalui pendekatan
proses keperawatan untuk meningkatkan, mencegah, mempertahankan dan memulihkan
masalah kesehatan jiwa klien (individu, keluarga, kelompok komunitas ).
Keperawatan
jiwa adalah proses interpersonal yang berusaha untuk meningkatkan dan
mempertahankan perilaku sehingga klien dapat berfungsi utuh sebagai manusia.
E.
Prinsip
keperawatan jiwa terdiri dari empat komponen yaitu manusia, lingkungan, kesehatan dan keperawatan.
- Manusia
Fungsi seseorang sebagai makhluk
holistik yaitu bertindak, berinteraksi dan bereaksi dengan lingkungan secara
keseluruhan. Setiap individu mempunyai kebutuhan dasar yang sama dan penting.
Setiap individu mempunyai harga diri dan martabat. Tujuan individu adalah untuk
tumbuh, sehat, mandiri dan tercapai aktualisasi diri. Setiap individu mempunyai
kemampuan untuk berubah dan keinginan untuk mengejar tujuan personal. Setiap
individu mempunyai kapasitas koping yang bervariasi. Setiap individu mempunyai
hak untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputuasan. Semua perilaku individu
bermakna dimana perilaku tersebut meliputi persepsi, pikiran, perasaan dan
tindakan.
- Lingkungan
Manusia sebagai makhluk holistik
dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam dirinya dan lingkungan luar, baik
keluarga, kelompok, komunitas. Dalam berhubungan dengan lingkungan, manusia
harus mengembangkan strategi koping yang efektif agar dapat beradaptasi.
Hubungan interpersonal yang dikembangkan dapat menghasilkan perubahan diri
individu.
- Kesehatan
Kesehatan merupakan salah satu
kebutuhan dasar manusia yang menunjukkan salah satu segi kualitas hidup
manusia, oleh karena itu, setiap individu mempunyai hak untuk memperoleh
kesehatan yang sama melalui perawatan yang adekuat.
- Keperawatan
Dalam keperawatan jiwa, perawat
memandang manusia secara holistik dan menggunakan diri sendiri secara
terapeutik. Metodologi dalam keperawatan jiwa adalah menggunakan diri sendiri
secara terapeutik dan interaksinya interpersonal dengan menyadari diri sendiri,
lingkungan, dan interaksinya dengan lingkungan. Kesadaran ini merupakan dasar
untuk perubahan. Klien bertambah sadar akan diri dan situasinya, sehingga lebih
akurat mengidentifikasi kebutuhan dan masalah serta memilih cara yang sehat
untuk mengatasinya. Perawat memberi stimulus yang konstruktif sehingga akhirnya
klien belajar cara penanganan masalah yang merupakan modal dasar dalam
menghadapi berbagai masalah.
Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa
Pemberian asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik yang melibatkan
hubungan kerja sama antara perawat dengan klien, dan masyarakat untuk mencapai
tingkat kesehatan yang optimal ( Carpenito, 1989 dikutip oleh Keliat,1991).
Perawat memerlukan metode ilmiah dalam
melakukan proses terapeutik tersebut, yaitu proses keperawatan. Penggunaan
proses keperawatan membantu perawat dalam melakukan praktik keperawatan,
menyelesaikan masalah keperawatan klien, atau memenuhi kebutuhan klien secara
ilmiah, logis, sistematis, dan terorganisasi. Pada dasarnya, proses keperawatan
merupakan salah satu teknik penyelesaian masalah (Problem solving).
Proses keperawatan bertujuan untuk
memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan dan masalah klien
sehingga mutu pelayanan keperawatan menjadi optimal. Kebutuhan dan masalah
klien dapat diidentifikasi, diprioritaskan untuk dipenuhi, serta diselesaikan.
Dengan menggunakan proses keperawatan, perawat dapat terhindar dari tindakan
keperawatan yang bersifat rutin, intuisis, dan tidak unik bagi individu klien.
Proses keperawatan mempunyai ciri dinamis, siklik, saling bergantung, luwes,
dan terbuka. Setiap tahap dapat diperbaharui jika keadaan klien klien berubah.
Tahap demi tahap merupakan siklus dan
saling bergantung. Diagnosis keperawatan tidak mungkin dapat dirumuskan jika
data pengkajian belum ada. Proses keperawatan merupakan sarana / wahana kerja
sama perawat dan klien. Umumnya, pada tahap awal peran perawat lebih besar dari
peran klien, namun pada proses sampai akhir diharapkan sebaliknya peran klien
lebih besar daripada perawat sehingga kemandirian klien dapat tercapai.
Kemandirian klien merawat diri dapat pula digunakan sebagai kriteria kebutuhan
terpenuhi dan / atau masalah teratasi.
F. PRINSIP-PRINSIP
KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
- Roles and functions of psychiatric nurse : competent care (Peran dan fungsi keperawatan jiwa : yang kompeten).
- Therapeutic Nurse patient relationship (hubungan yang terapeutik antara perawat dengan klien).
- Conceptual models of psychiatric nursing (konsep model keperawatan jiwa).
- Stress adaptation model of psychiatric nursing (model stress dan adaptasi dalam keperawatan jiwa).
- Biological context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan biologis dalam keperawatan jiwa).
- Psychological context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan psikologis dalam keperawatan jiwa).
- Sociocultural context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan sosial budaya dalam keperawatan jiwa).
- Environmental context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan lingkungan dalam keperawatan jiwa).
- Legal ethical context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan legal etika dalam keperawatan jiwa).
- Implementing the nursing process : standards of care (penatalaksanaan proses keperawatan : dengan standar- standar perawatan).
- Actualizing the Psychiatric Nursing Role : Professional Performance Standards (aktualisasi peran keperawatan jiwa: melalui penampilan standar-standar professional).
G. NILAI DAN NORMA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT
Dalam kehidupan
sehari-hari manusia dalam berinteraksi dipandu oleh nilai-nilai dan dibatasi
oleh norma-norma dalam social. Norma dan nilai pada awalnya lahir tidak
disengaja , karena kebutuhan manusia sebagai makluk social dan harus berinteraksi
dengan yang lain menuntut adanya suatu pedoman, pedoman itu lama kelamaan
norma-norma tersebut dibuat secara sadar.
Norma Dan Nilai
Menurut Para Tokoh
Nilai
a)
Kimball Young
Mengemukakan nilai
adalah asumsi yang abstrak dan sering tidak disadari tentang apa yang dianggap
penting dalam masyarakat.
b)
A.W.Green
Nilai adalah kesadaran
secara relative berlangsung disertai emosi terhadap objek.
c)
Woods
Mengemukakan
bahwa nilai merupakan petunjuk umum yang telah berlangsung lama serta
mengarahkan tingkah laku dan kepuasan dalam kehidupan sehari-hari.
d)
M.Z.Lawang
Menyatakan
nilai adalah gambaran mengenai apa yang diinginkan, yang pantas, berharga, dan
dapat mempengaruhi prilalu sosial dari orang yang bernilai tersebut.
e)
Hendropuspito
Menyatakan
nilai adalah segala sesuatu yang dihargai masyarakat karena mempunyai daya guna
fungsional bagi perkembangan kehidupan manusia.
f)
Karel J. Veeger
Menyatakan
sosiologi memandang nilai-nilai sebagai pengertian-pengertian (sesuatu di dalam
kepala orang) tentang baik tidaknya perbuatan-perbuatan. Dengan kata lain,
nilai adalah hasil penilaian atau pertimbangan moral.
Nilai sosial adalah suatu perbuatan atau tindakan yang oleh masyarakat
dianggap baik. Nilai social dalam setiap masyarakat tidak selalu sama, karena
nilai dimasyarakat tertentu dianggap baik tapi dapat dianggap tidak baik
dimasyarakat lain.
Nilai dapat dibagai menjadi tiga bagian yaitu :
- Nilai material artinya segala sesuatu yang berguna bagi manusia.
- Nilai vital artinya segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat melakukan aktivitas atau kegiatan.
- Nilai kerohanian artinya segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia
Nilai
kerohanian ini dibagi menjadi empat macam yaitu :
- nilai kebenaran/keyakinan yaitu nilai yang bersumber dari akal manusia
- nilai keindahan yaitu nilai yang bersumber dari unsur rasa manusia (perasaan atau estetika)
- nilai moral/kebaikan yaitu nilai yang bersumber dari unsur kehendak /kemauan(karsa,etika)
- nilai relegius yaitu nilai yang bersumber dari kekyakinan atau kepercayaan manusia, yang merupakan nilai kebutuhan kerohanian yang tinggi dan mutlak.
Sifat
– Sifat Nilai
Sifat-sifat
nilai menurut Bambang Daroeso (1986) adalah Sebagai berikut.
a)
Nilai itu suatu realitas abstrak dan ada
dalam kehidupan manusia. Nilai yang bersifat abstrak tidak dapat diindra. Hal
yang dapat diamati hanyalah objek yang bernilai itu. Misalnya, orang yang
memiliki kejujuran. Kejujuran adalah nilai,tetapi kita tidak bisa mengindra kejujuran
itu. Yang dapat kita indra adalah kejujuran itu.
Nilai
memiliki sifat normatif, artinya nilai mengandung harapan, cita-cita, dan suatu
keharusan sehingga nilai nemiliki sifat ideal (das sollen). Nilai diwujudkan
dalam bentuk norma sebagai landasan manusia dalam bertindak. Misalnya, nilai
keadilan. Semua orang berharap dan mendapatkan dan berperilaku yang
mencerminkan nilai keadilan.
b)
Nilai berfungsi sebagai daya
dorong/motivator dan manusia adalah pendukung nilai. Manusia bertindak berdasar
dan didorong oleh nilai yang diyakininya.Misalnya, nilai ketakwaan.
Adanya nilai ini
menjadikan semua orang terdorong untuk bisa mencapai derajat ketakwaan.
Fungsi dari nilai social
Secara umum nilai social mempunyai fungsi sebagai berikut
:
- Nilai berfungsi sebagai petunjuk arah
- Nilai berfungsi sebagai pemersatu yang dapat mengumpulkan orang banyak dalam kesatuan atau kelaompook tertentu atau masyarakat.
- Nilai social berfungsi sebagai pengawasa dengan daya tekan dan pengikat tertentu
- Nilai berfungsi senbagai benteng perlindungan
- Nilai berfungsi sebagai alat pendorong atau motivator
Norma social adalah suatu
petunjuk hidup yang berisi larangan maupun perintah.
Yang membedakan nilai dan norma adalah nilai merupakan
sesuatu yang baik, diinginkan, dicita-citakan dan dipentingkan oleh masyarakat
. Sedangkan norma adalah kaidah atau pedoman , aturan berperilaku untuk
mewujudkan keinginan dan cita-cita tersebut , atau boleh dikatakan nilai adalah
pola yang diinginkan sedangkan norma adalah pedomana atau cara-cara untuk
mencapai nilai tersebut.
Menurut kekuatan yang mengikatnya, norma dibedakan
menjadi empat yaitu
- Cara (usage) ; cara ini menunjuk pada bentuk perbuatan . cara ini lebih tamapak menonjol dalam hubungan antar individudalam masyrakat. Pelanggaran atau penyimpangan terhadap usage tidak menimbulkan sanksi hukum yang berat tapi hanya sekedar celaan, cemohoon, sindiran, ejekan dsb.
- Kebiasaan (folkways) yaitu perbuatan yang berulang-ulang dalam bentuk yang sama dan merupakan bukti bahwa orang banyak menyukai perbuatan tersebut.
- Tata kelakuan (mors) yaitu kebiasaan yang diterima sebagai norma pengatur, atau pengawas secara sadar maupun tidak sadar oleh masyarakat terhadap anggota-anggotanya.
- adapt-istiadat (custum) yaitu tata kelakuan yang kekal serta kuat integrasinya dengan pola perilaku masyarakat. Anggota masyarakat yang melanggaradat-istiadat akan mendapat sanksi keras yang terkadang secara tidak langsung diperlukan.
Fungsi norma social dalam masyarakat.
Fungsi norma social dalam masyarakat secara umum sebagai
berikut :
- Norma merupakan factor perilaku dalam kelompok tertentu yang memungkinkan seseorang untuk menentukan terlebih dahulu bagaimana tindakan akan dinilai orang lain.
- Norma merupakan aturan , pedoman, atau petunjuak hidup dengan sanksi-sanksi untuk mendorong seseorang, kelompok , dan masyarakat mencapai dan mewujudkan nilai-nilai social
- Norma-norma merupakan aturan-aturan yang tumbuh dan dan hidup dalam masyarakat sebagai unsur pengikat dan pengendali manusia dalam hidup masyarakat.
H. ETIKA, MORAL dan KULTUR
a) Etika
Secara etimologi berasal dari bahasa
yunani adalah “Ethos” berarti watak kesusilaan atau adat kebiasaan (custom).
Etika biasanya berkaitan erat dengan perkataan moral yang merupakan istilah
dari bahasa latin, yaitu “Mos” dan dalam bentuk jamak “Mores” yang berarti juga
adat kebiasaan cara hidup seseorang dengan melakukan perbuatan yang baik
(kesusilaan), dan menghindari hal-hal tindakan yang buruk. Etika dan moral
lebih kurang sama pengertiannya, tetapi dalam kegiatan sehari-hariterdapat
perbedaan, yaitu moral atau moralitas untuk penilaian perbuatan yang dilakukan,
sedangkan etika adalah untuk pengkajian system nilai-nilai yang berlaku.
Etika dalam perkembangannya sangat
mempengaruhi kehidupan manusia. Etika member manusia orientasi bagaimana ia
menjalani hidupnya melalui rangkaian tindakan sehari-hari. Itu berarti etika
membantu manusia untuk mengambil sikap dan bertindak secara tepat dalam
menjalani hidup ini. Etika pada akhirnya membantu manusia untujk mengambil
sikap dan bertindak secara tepat dalam menjalani hidup ini. Etika pada akhirnya
membantu kita untuk mengambil keputusan tentang tindakan apa yang perlu kita
lakukan dan yang perlu kita pahami bersama bahwa etika ini dapat diterapkan
dalam segala aspek atau sisi kehidupan kita.
Filsuf aristoteles, dalam bukunya etika
Nikomacheia, menjelaskan tentang pembahasan etika, sebagai berikut :
a. Terminus
Techicus, pengertian etika dalam hal ini adalah, etika dipelajari untuk ilmu
pengetahuan yang mempelajari masalah perbuatan atau tindakan manusia.
b. Manner
and Custom, membahas etika yang berkaitan dengan tata cara dan kebiasaan (adat)
yang melekat dalam kodrat manusia (in herent in human nature) yang terikat
dengan pengertian “baik dan buruk” suatu tingkah laku atau perbuatan manusia.
Dalam membahas etika sebagai ilmu yang
menyelidiki tentang tanggapan kesusilaan atau etis, yaitu sama halnya dengan
berbicara moral (mores). Manusia disebut etis, ialah manusia secara utuh dan
menyeluruh mampu memenuhi hajat hidupnya dalam rangka azaz keseimbangan antara
kepentingan pribadi dengan pihak lainnya, antara rohani dengan jasmaninya, dan
antara sebagai makhluk berdiri sendiri dengan penciptanya.
Termasuk didalamnya membahas nilai-nilai
atau norma-norma yang dikaitkan dengan etika, terdapat dua macam etika (Keraf :
1991:23), sebagai berikut :
a. Etika
Deskriptif
Etika yang menelaah
secara kritis dan rasional tentang sikap dan prilaku manusia, serta apa yang
dikejar oleh setiap orang dalam hidupnya sebagai sesuatu yang bernilai. Artinya
etika deskriptif tersebut berbicara mengenai fakta secara apa adanya, yakni
mengenai nilai dan prilaku manusia sebagai suatu fakta yang terkait dengan
situasi dan realitas yang membudaya. Dapat disimpulkan bahwa tentang kenyataan
dalam penghayatan nilai atau tanpa nilai dalam suatu masyarakat yang diakaitkan
dengan kondisi tertentu memungkinkan manusia dapat bertindak secara etis.
b. Etika
Normatif
Etika yang menetapkan berbagai
sikap dan prilaku yang ideal dan seharusnya dijalankan oleh manusia dan
tindakan apa yang bernilai dalam hidup ini. Jadi etika normative merupakan
norma-norma yang dapat menuntun agar manusia bertindak secara baik dan
menghindarkan hal-hal yang buruk, sesuai dengan kaidah atau norma yang di
sepakati dan berlaku di masyarakat.
Sifat dasar etika adalah sifat kritis, etika bertugas :
- Untuk mempersoalkan norma yang dianggap berlaku. Diselidikinya apakah dasar suatu norma itu dan apakah dasar itu membenarkan ketaatan yang dituntut oleh norma itu terhadap norma yang dapat berlaku
- Etika mengajukan pertanyaan tentang legitimasinya, artinya norma yang tidak dapat mempertahankan diri dari pertanyaan kritis dengan sendirinya akan kehilangan haknya
- Etika mempersolakan pula hak setiap lembaga seperti orangtua, sekolah, negara dan agama untuk memberikan perintah atau larangan yang harus ditaati
- Etika dapat mengantarkan manusia, pada sifat kritis dan rasional
- Etika memberikan bekal kepada manusia untuk mengambil sikap yang rasional terhadap semua norma
- Etika menjadi alat pemikiran yang rasional dan bertanggung jawab bagi seorang ahli dan bagi siapa saja yang tidak mau diombang ambingkan oleh norma-norma yang ada.
Secara etimologi kata etika berasal dari bahasa
Yunani yaitu "Ethos" yang berarti wtak kesusilaan atau adat. Kata ini
identik dengan perkataan moral yang berasal dari kata latin "mos"
yang dalam bentuk jamahnya Mores yang berarti juga Adat atau cara hidup.
Etika dan Moral memiliki arti yang sama, namun
dalam pemakaian sehari-harinya ada sedikit perbedaan. Moral atau moralitas
biasanya dipakai untuk perbuatan yang sedang dinilai, sedangkan etika dipakai
untuk pengkajian system nilai-nilai yang ada.
Menurut Ir Poedjawiyatna, etika merupakan cabang dari filsafat etika mencari ukuran baik buruknya bagi tingkah laku manusia. Etika hendak mencari, tindakan manuisia yang manakah yang baik.
Menurut Ir Poedjawiyatna, etika merupakan cabang dari filsafat etika mencari ukuran baik buruknya bagi tingkah laku manusia. Etika hendak mencari, tindakan manuisia yang manakah yang baik.
Sedangkan menurut Austin Fogothetu etikika berhubungan dengan
seluruh ilmu pengetahuan tentang manusia dan masyarakat sebagai : antropologi,
psikologi, sosiologi, ekonomi, ilmu politik dan ilmu hukum. Perbedaanya
terletak pada aspek keharusan (ought). Pebedaan dengan teologi moral, karena
tidak bersandarkan padakaidah-kaidah keagamaan, tetapi terbatas pada
pengetahuan yang dilahirkan tenaga manusia sendiri.
b)
Moral
Istilah Moral
berasal dari bahasa Latin. Bentuk tunggal kata ‘moral’ yaitu mos sedangkan
bentuk jamaknya yaitu mores yang masing-masing mempunyai arti yang sama yaitu
kebiasaan, adat. Bila kita membandingkan dengan arti kata ‘etika’, maka secara
etimologis, kata ’etika’ sama dengan kata ‘moral’ karena kedua kata tersebut sama-sama
mempunyai arti yaitu kebiasaan,adat.
Dengan kata lain,
kalau arti kata ’moral’ sama dengan kata ‘etika’, maka rumusan arti kata
‘moral’ adalah nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang
atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Sedangkan yang membedakan
hanya bahasa asalnya saja yaitu ‘etika’ dari bahasa Yunani dan ‘moral’ dari
bahasa Latin.
Jadi bila kita
mengatakan bahwa perbuatan pengedar narkotika itu tidak bermoral, maka kita
menganggap perbuatan orang itu melanggar nilai-nilai dan norma-norma etis yang
berlaku dalam masyarakat. Atau bila kita mengatakan bahwa pemerkosa itu
bermoral bejat, artinya orang tersebut berpegang pada nilai-nilai dan
norma-norma yang tidak baik..
‘Moralitas’ (dari
kata sifat Latin moralis) mempunyai arti yang pada dasarnya sama dengan
‘moral’, hanya ada nada lebih abstrak. Berbicara tentang “moralitas suatu
perbuatan”, artinya segi moral suatu perbuatan atau baik buruknya perbuatan
tersebut. Moralitas adalah sifat moral atau keseluruhan asas dan nilai yang
berkenaan dengan baik dan buruk.
Dua kaidah dasar moral adalah :
- Kaidah Sikap Baik. Pada dasarnya kita mesti bersikap baik terhadap apa saja. Bagaimana sikap baik itu harus dinyatakann dalam bentuk yang kongkret, tergantung dari apa yang baik dalam situasi kongkret itu.
- Kaidah Keadilan. Prinsip keadilan adalah kesamaan yang masih tetap mempertimbangkan kebutuhan orang lain. Kesamaan beban yang terpakai harus dipikulkan harus sama, yang tentu saja disesuaikan dengan kadar angoota masing-masing.
c) Kebudayaan
Budaya atau kebudayaan
berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak
dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan
dengan budi dan akal manusia.
Dalam bahasa Inggris, kebudayaan
disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere,
yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah
atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai
"kultur" dalam bahasa Indonesia.
Budaya adalah suatu
cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan
diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya
terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat
istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya,
merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang
cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha
berkomunikasi dengan
orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya,
membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.
Budaya
adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan
luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur
sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.
Beberapa
alasan mengapa orang mengalami kesulitan ketika berkomunikasi dengan orang dari
budaya lain terlihat dalam definisi budaya: Budaya adalah suatu perangkat
rumit nilai-nilai yang dipolarisasikan oleh suatu citra yang mengandung
pandangan atas keistimewaannya sendiri."Citra yang memaksa" itu
mengambil bentuk-bentuk berbeda dalam berbagai budaya seperti
"individualisme kasar" di Amerika,
"keselarasan individu dengan alam" di Jepang dan
"kepatuhan kolektif" di Cina.
Citra budaya
yang bersifat memaksa tersebut membekali anggota-anggotanya dengan pedoman
mengenai perilaku yang layak dan menetapkan dunia makna dan nilai logis yang dapat dipinjam
anggota-anggotanya yang paling bersahaja untuk memperoleh rasa bermartabat dan
pertalian dengan hidup mereka.
Dengan
demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang koheren untuk
mengorganisasikan aktivitas seseorang dan memungkinkannya meramalkan perilaku
orang lain.
Menurut Para Ahli
Kebudayaan sangat erat hubungannya
dengan masyarakat.
a)
Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski
mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan
oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk
pendapat itu adalah Cultural-Determinism.
b)
Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang
turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut
sebagai superorganic.
c)
Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung
keseluruhan pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta
keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi
segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu
masyarakat.
d)
Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan
keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan,
kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan
lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.
e)
Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi,
kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.
Dari
berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan
adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem
ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan
sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.
Sedangkan
perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai
makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata,
misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial,
religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia
dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
I. PERANAN
SOSIOLOGI DALAM MELAKSANAKAN ASKEP PASIEN DENGAN MASALAH PSIKOSOSIAL
Di tinjau berdasarkan ilmu sosiologi yang merupakan ilmu
yang berhubungan dengan masyarakat dan sosial dengan demikian sosiologi juga
dapat menjadi landasan dalam ilmu kesehatan terutama dalam bidang pelayanan
kesehatan masyarakat.
Tindakan keperawatan dalam melaksanakan asuhan
keperawatan pasien dengan masalah psikososial tidak luput dari aturan-aturan
sosiologi dalam melayani pasiennya. Pasien dengan masalah psikososial bisa
dikatakan sulit berintegrasi dengan lingkungannya. Oleh sebab itu perawat yang
memiliki pengetahuan dan talenta yang baik melakukan asuhan keperawatan hingga
pasien diharapkan bias sembuh dan dapat melakukan aktifitas sehari-harinya
dengan normal juga dapat diterima oleh masyarakat sekitarnya.
Sosiologi telah dapat memberikan perubahan di sebagian
kalangan masyarakat misalanya dahulu
orang yang mengalami gangguan jiwa di anggap mengganggu dan harus dipasung dan
tidak ada perawatan terhadap penderita tersebut. Namun sekarang telah ada perubahan seirng bertambahnya pengetahuan
dan ilmu masyarakat pasien gangguan jiwa tidak lah lagi dianggap pengganggu dan
tidak dipasung lagi.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1.
psikososial adalah setiap perubahan dalam kehidupan individu, baik yang bersifat
psikologik maupun sosial yang mempunyai pengaruh timbal balik.
2.
Sosiologi adalah ilmu yang membicarakan apa yang sedang terjadi saat
ini, khususnya pola-pola hubungan dalam masyarakat serta berusaha mencari
pengertian-pengertian umum, rasional, empiris serta bersifat umum.
3.
Psikososial
merupakan masalah kejiwaan dan
kemasyarakatan yang mempunyai pengaruh timbal balik, sebagai akibat terjadinya
perubahan sosial dan atau gejolak sosial dalam masyarakat yang dapat
menimbulkan gangguan jiwa.
4.
Dalam kehidupan sehari-hari manusia
dalam berinteraksi dipandu oleh nilai-nilai dan dibatasi oleh norma-norma dalam
sosial. Norma dan nilai pada awalnya lahir tidak disengaja, karena kebutuhan
manusia sebagai makluk sosial dan harus berinteraksi dengan yang lain menuntut
adanya suatu pedoman, pedoman itu lama kelamaan norma-norma tersebut dibuat
secara sadar.
5.
Kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi
tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam
pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat
abstrak.
B. SARAN
1.
Di
harapkan setelah penyelesaian makalah ini akan menambah ilmu terutama di bidang
pelayanan kesehatan masyarakat agar tidak melupakan aturan, norma, prinsip, nilai
dalam melaksanakan tindakan pelayanan kesehatan pada pasiennya.
2.
Perawat
dapat bertindak sesuai aturan juga
memiliki etika keperawatan yang baik.
3.
Tindakan
keperawatan dalam melaksanakan asuhan keperawatan pasien dengan masalah
psikososial tidak luput dari aturan-aturan sosiologi dalam melayani pasiennya.
Pasien dengan masalah psikososial bisa dikatakan sulit berintegrasi dengan
lingkungannya. Oleh sebab itu perawat yang memiliki pengetahuan dan talenta
yang baik melakukan asuhan keperawatan hingga pasien diharapkan bisa sembuh dan dapat melakukan aktifitas sehari-harinya
dengan normal juga dapat diterima oleh masyarakat sekitarnya.
DAFTAR RUJUKAN
id.wikipedia.org/wiki/budaya
id.wikipedia.org/wiki/Nilai_sosial
Keliat, Budi Anna;Panjaitan;Helena. 2005. Proses
Keperawatan Kesehatan Jiwa. Ed.2. Jakarta: EGC.
organisasi.org/pengertian-macam-jen…
Stuart, Gail W.2007.Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta :
EGC.
Suliswati, 2005. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa.
Jakarta : EGC
Yosep,Iyus.2007. Keperawatan Jiwa. Jakarta: PT. Refika
Aditama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar