Jumat, 13 Juli 2012

prinsip dan penerapan komunikasi dalam pemasangan NGT

A.    Pengertian
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien (Indrawati, 2003 48). Komunikasi trapeutik termasuk komunikasi interpersonal dengan titik tolak saling memberikan pengertian antar perawat dengan pasien. Persoalan mendasar dan komunikasi ini adalah adanya saling membutuhkan antara perawat dan pasien, sehingga dapat dikategorikan ke dalam komunikasi pribadi diantara perawat dan pasien, perawat membantu dan pasien menerima bantuan (Indrawati, 2003 : 48). Komunikasi terapeutik bukan pekerjaan yang bisa dikesampingkan, namun harus direncanakan, disengaja, dan merupakan tindakan profesional. Akan tetapi, jangan sampai karena terlalu asyik bekerja, kemudian melupakan pasien sebagai manusia dengan beragam latar belakang dan masalahnya (Arwani, 2003 50).
Komunikasi Terapeutik Menurut Carl Rogers Yaitu komunikasi yang mendorong proses penyembuhan klien, atau proses yang digunakan oleh perawat memakai pendekatan yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan pada klien.Komunikasi ini termasuk komunikasi interpersonal karena adanya rasa saling membutuhkanantara perawat dengan pasien (komunikasi pribadi antara perawat dengan pasien). Naso gastric tube termasuk kedalam nutrisi enteral, yaitu yang diberikan melalui saluran gastrointestinal.slang yang digunakan adalah dengan ukuran 8 sampai 12 FC dengan panjang 0,9 – 1,1 m.

B.     Manfaat Komunikasi Terapeutik
Manfaat komunikasi terapeutik adalah untuk mendorong dan menganjurkan kerja sama antara perawat dan pasien melalui hubungan perawat dan pasien. Mengidentifikasi. mengungkap perasaan dan mengkaji masalah dan evaluasi tindakan yang dilakukan oleh perawat (Indrawati, 2003 : 50).
C.    Jenis Komunikasi Terapeutik
Komunikasi merupakan proses kompleks yang melibatkan perilaku dan memungkinkan individu untuk berhubungan dengan orang lain dan dunia sekitarnya. Menurut Potter dan Perry (1993) dalam Purba (2003), komunikasi terjadi pada tiga tingkatan yaitu intrapersonal, interpersonal dan publik. Menurut Potter dan Perry (1993), Swansburg (1990), Szilagyi (1984), dan Tappen (1995) dalam Purba (2003) ada tiga jenis komunikasi yaitu verbal, tertulis dan non-verbal yang dimanifestasikan secara terapeutik.
1. Komunikasi Verbal
Jenis komunikasi yang paling lazim digunakan dalam pelayanan keperawatan di rumah sakit adalah pertukaran informasi secara verbal terutama pembicaraan dengan tatap muka. Komunikasi verbal biasanya lebih akurat dan tepat waktu. Kata-kata adalah alat atau simbol yang dipakai untuk mengekspresikan ide atau perasaan, membangkitkan respon emosional, atau menguraikan obyek, observasi dan ingatan. Sering juga untuk menyampaikan arti yang tersembunyi, dan menguji minat seseorang. Keuntungan komunikasi verbal dalam tatap muka yaitu memungkinkan tiap individu untuk berespon secara langsung.
Komunikasi Verbal yang efektif harus:
1)       Jelas dan ringkas
Komunikasi yang efektif harus sederhana, pendek dan langsung. Makin sedikit kata-kata yang digunakan makin kecil kemungkinan terjadinya kerancuan. Kejelasan dapat dicapai dengan berbicara secara lambat dan mengucapkannya dengan jelas. Penggunaan contoh bisa membuat penjelasan lebih mudah untuk dipahami. Ulang bagian yang penting dari pesan yang disampaikan. Penerimaan pesan perlu mengetahui apa, mengapa, bagaimana, kapan, siapa dan dimana. Ringkas, dengan menggunakan kata-kata yang mengekspresikan ide secara sederhana.
2)       Perbendaharaan Kata (Mudah dipahami)
Komunikasi tidak akan berhasil, jika pengirim pesan tidak mampu menerjemahkan kata dan ucapan. Banyak istilah teknis yang digunakan dalam keperawatan dan kedokteran, dan jika ini digunakan oleh perawat, klien dapat menjadi bingung dan tidak mampu mengikuti petunjuk atau mempelajari informasi penting. Ucapkan pesan dengan istilah yang dimengerti klien. Daripada mengatakan “Duduk, sementara saya akan mengauskultasi paru paru anda” akan lebih baik jika dikatakan “Duduklah sementara saya mendengarkan paru-paru anda”.
3)      Arti denotatif dan konotatif
Arti denotatif memberikan pengertian yang sama terhadap kata yang digunakan, sedangkan arti konotatif merupakan pikiran, perasaan atau ide yang terdapat dalam suatu kata. Kata serius dipahami klien sebagai suatu kondisi mendekati kematian, tetapi perawat akan menggunakan kata kritis untuk menjelaskan keadaan yang mendekati kematian. Ketika berkomunikasi dengan keperawat harus hati-hati memilih kata-kata sehingga tidak mudah untuk disalah tafsirkan, terutama sangat penting ketika menjelaskan tujuan terapi, terapi dan kondisi klien.
4)       Selaan dan kesempatan berbicara
Kecepatan dan tempo bicara yang tepat turut menentukan keberhasilan komunikasi verbal. Selaan yang lama dan pengalihan yang cepat pada pokok pembicaraan lain mungkin akan menimbulkan kesan bahwa perawat sedang menyembunyikan sesuatu terhadap klien. Perawat sebaiknya tidak berbicara dengan cepat sehingga kata-kata tidak jelas. Selaan perlu digunakan untuk menekankan pada hal tertentu, memberi waktu kepada pendengar untuk mendengarkan dan memahami arti kata. Selaan yang tepat dapat dilakukan dengan memikirkan apa yang akan dikatakan sebelum mengucapkannya, menyimak isyarat nonverbal dari pendengar yang mungkin menunjukkan. Perawat juga bisa menanyakan kepada pendengar apakah ia berbicara terlalu lambat atau terlalu cepat dan perlu untuk diulang.
5) Waktu dan Relevansi
Waktu yang tepat sangat penting untuk menangkap pesan. Bila klien sedang menangis kesakitan, tidak waktunya untuk menjelaskan resiko operasi. Kendatipun pesan diucapkan secara jelas dan singkat, tetapi waktu tidak tepat dapat menghalangi penerimaan pesan secara akurat. Oleh karena itu, perawat harus peka terhadap ketepatan waktu untuk berkomunikasi. Begitu pula komunikasi verbal akan lebih bermakna jika pesan yang disampaikan berkaitan dengan minat dan kebutuhan klien.
6) Humor
Dugan (1989) dalam Purba (2003) mengatakan bahwa tertawa membantu pengurangi ketegangan dan rasa sakit yang disebabkan oleh stres, dan meningkatkan keberhasilan perawat dalam memberikan dukungan emosional terhadap klien. Sullivan dan Deane (1988) dalam Purba (2006) melaporkan bahwa humor merangsang produksi catecholamines dan hormon yang menimbulkan perasaan sehat, meningkatkan toleransi terhadap rasa sakit, mengurangi ansietas, memfasilitasi relaksasi pernapasan dan menggunakan humor untuk menutupi rasa takut dan tidak enak atau menutupi ketidak mampuannya untuk berkomunikasi dengan klien.

2.  Komunikasi Tertulis
Komunikasi tertulis merupakan salah satu bentuk komunikasi yang sering digunakan dalam bisnis, seperti komunikasi melalui surat menyurat, pembuatan memo, laporan, iklan di surat kabar dan lain- lain.
Prinsip-prinsip komunikasi tertulis terdiri dari :
1) Lengkap
2) Ringkas
3) Pertimbangan
4) Konkrit
5) Jelas
6) Sopan
7) Benar
Fungsi komunikasi tertulis adalah:
a)      Sebagai tanda bukti tertulis yang otentik, misalnya; persetujuan operasi.
b)      Alat pengingat/berpikir bilamana diperlukan, misalnya surat yang telah diarsipkan.
c)       Dokumentasi historis, misalnya surat dalam arsip lama yang digali kembali untuk mengetahui perkembangan masa lampau.
d)     Jaminan keamanan, umpamanya surat keterangan jalan.
e)      Pedoman atau dasar bertindak, misalnya surat keputusan, surat perintah, surat pengangkatan.
Keuntungan Komunikasi tertulis adalah:
a)      Adanya dokumen tertulis
b)      Sebagai bukti penerimaan dan pengiriman
c)      Dapat meyampaikan ide yang rumit
d)     Memberikan analisa, evaluasi dan ringkasan
e)      menyebarkan informasi kepada khalayak ramai
f)       Dapat menegaskan, menafsirkan dan menjelaskan komunikasi lisan.
g)      Membentuk dasar kontrak atau perjanjian
h)      Untuk penelitian dan bukti di pengadilan
Kerugian Komunikasi tertulis adalah:
a)      Memakan waktu lama untuk membuatnya
b)      Memakan biaya yang mahal
c)      Komunikasi tertulis cenderung lebih formal
d)     Dapat menimbulkan masalah karena salah penafsiran
e)      Susah untuk mendapatkan umpan balik segera
f)       Bentuk dan isi surat tidak dapat di ubah bila telah dikirimkan
g)      Bila penulisan kurang baik maka akan membingungkan Si pembaca.

3. Komunikasi Non Verbal
Komunikasi non-verbal adalah pemindahan pesan tanpa menggunakan kata-kata. Merupakan cara yang paling meyakinkan untuk menyampaikan pesan kepada orang lain. Perawat perlu menyadari pesan verbal dan non-verbal yang disampaikan klien mulai dan saat pengkajian sampai evaluasi asuhan keperawatan, karena isyarat non verbal menambah arti terhadap pesan verbal. Perawat yang mendektesi suatu kondisi dan menentukan kebutuhan asuhan keperawatan.
Morris (1977) dalam Liliweni (2004) membagi pesan non verbal sebagai berikut:
1) Kinesik
Kinesik adalah pesan non verbal yang diimplementasikan dalam bentuk bahasa isyarat tubuh atau anggota tubuh. Perhatikan bahwa dalam pengalihan informasi mengenai kesehatan, para penyuluh tidak saja menggunakan kata-kata secara verbal tetapi juga memperkuat pesan-pesan itu dengan bahasa isyarat untuk mengatakan suatu penyakit yang berbahaya, obat yang mujarab, cara memakai kondom, cara mengaduk obat, dan lain-lain.
2) Proksemik
Proksemik yaitn bahasa non verbal yang ditunjukkan oleh “ruang” dan “jarak” antara individu dengan orang lain waktu berkomunikasi atau antara individu dengan objek.
3) Haptik
Haptik seringkali disebut zero proxemics, artinya tidak ada lagi jarak di antara dua orang waktu berkomunikasi. Atas dasar itu maka ada ahli kumunikasi non verbal yang mengatakan haptik itu sama dengan menepuk-nepuk, meraba-raba, memegang, mengelus dan mencubit. Haptik mengkomunikasikan relasi anda dengan seseorang.
4) Paralinguistik
Paralinguistik meliputi setiap penggunaan suara sehingga dia bermanfaat kalau kita hendak menginterprestasikan simbol verbal. Sebagai contoh, orang-orang Muang Thai merupakan orang yang rendah hati, mirip dengan orang jawa yang tidak mengungkapkan kemarahan dengan suara yang keras. Mengeritik orang lain biasanya tidak diungkapkan secara langsung tetapi dengan anekdot. Ini berbeda dengan orang Batak dan Timor yang mengungkapkan segala sesuatu dengan suara keras.
5) Artifak
Kita memehami artifak dalam komunikasi komunikasi non verbal dengan pelbagai benda material disekitar kita, lalu bagaimana cara benda-benda itu digunakan untuk menampilkan pesan tatkala dipergunakan. Sepeda motor, mobil, kulkas, pakaian, televisi, komputer mungkin sekedar benda. Namun dalam situasi sosial tertentu benda-benda itu memberikan pesan kepada orang lain. Kita dapat menduga status sosial seseorang dan pakaian atau mobil yang mereka gunakan. Makin mahal mobil yang mereka pakai, maka makin tinggi status sosial orang itu.
6) Logo dan Warna
Kreasi pan perancang untuk menciptakan logo dalam penyuluhan merupaka karya komunikasi bisnis, namun model keija m dapat ditirn dalam komunikasi kesehatan. Biasanya logo dirancang untuk dijadikan simbol da suatu karaya organisasi atau produk da suatu organisasi, terutama bagi organisasi swasta. Bentuk logo umumnya berukuran kecil dengan pilihan bentuk, warna dan huruf yang mengandung visi dan misi organisasi.
7) Tampilan Fisik Tubuh
Acapkali anda mempunyai kesan tertentu terhadap tampilan fisik tubuh dari lawan bicara anda. Kita sering menilai seseorang mulai dari warna kulitnya, tipe tubuh (atletis, kurus, ceking, bungkuk, gemuk, gendut, dan lain-lain). Tipe tubuh itu merupakan cap atau warna yang kita berikan kepada orang itu. Salah satu keutamaan pesan atau informasi kesehatan adalah persuasif, artinya bagaimana kita merancang pesan sedemikian rupa sehingga mampu mempengaruhi orang lain agar mereka dapat mengetahui informasi, menikmati informasi, memutuskan untuk membeli atau menolak produk bisnis yang disebarluaskan oleh sumber informasi. (Liliweri, 2007:108).
A.    Fase – fase dalam komunikasi terapeutik
1. Orientasi (Orientation)
Pada fase ini hubungan yang terjadi masih dangkal dan komunikasi yang terjadi bersifat penggalian informasi antara perawat dan pasien. Fase ini dicirikan oleh lima kegiatan pokok yaitu testing, building trust, identification of problems and goals, clarification of roles dan contract formation.
2. Kerja (Working)
Pada fase ini perawat dituntut untuk bekerja keras untuk memenuhi tujuan yang telah ditetapkan pada fase orientasi. Bekerja sama dengan pasien untuk berdiskusi tentang masalah-masalah yang merintangi pencapaian tujuan. Fase ini terdiri dari dua kegiatan pokok yaitu menyatukan proses komunikasi dengan tindakan perawatan dan membangun suasana yang mendukung untuk proses perubahan.
3. Penyelesaian (Termination)
Pada fase ini perawat mendorong pasien untuk memberikan penilaian atas tujuan telah dicapai, agar tujuan yang tercapai adalah kondisi yang saling menguntungkan dan memuaskan. Kegiatan pada fase ini adalah penilaian pencapaian tujuan dan perpisahan (Arwani, 2003 61).

B.     Prinsip Komunikasi
Untuk mengetahui apakah komunikasi yang dilakukan tersebut bersifat terapaeutik atau tidak, maka dapat dilihat apakah komunikasi tersebut sesuai dengan prinsip-prinsip berikut ini:
1.      Perawat harus mengenal dirinya sendiri yang berarti memahami dirinya sendiri serta nilai yang dianut.
2.      Komunikasi harus ditandai dengan sikap saling menerima, saling percaya dan saling menghargai
3.      Perawat harus memahami, menghayati nilai yang dianut oleh pasien
4.      Perawat harus menyadari pentingnya kebutuhan pasien baik fisik maupun mental
5.      Perawat harus menciptakan suasana yang memungkinkan pasien memiliki motivasi untuk mengubah dirinya baik sikap maupun tingkah lakunya sehingga tumbuh makin matang dan dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapi
6.      Perawat harus mampu menguasai perasaan sendiri secara bertahap untuk mengetahui dan mengatasi perasaan gembira, sedih, marah, keberhasiln maupun frustasi
7.      Mampu menentukan batas waktu yang sesuai dan dapat mempertahankan konsistensinya
8.      Memahami betul arti simpati sebagai tindakan yang terapeutik dan sebaliknya simpati yang bukan tindakan terapeutik.
9.      Kejujuran dan komunikasi terbuka merupakan dasar dari hubungan terapeutik
10.  Mampu berperan sebagai role model agar dapat menunjukkan dan meyakinkan orang lain tentang kesehatan, oleh karena itu perawat perlu mempertahankan suatu keadaan sehat fisik, mental, sosial, spiritual dan gaya hidup
11.  Disarankan untuk mengekspresikan perasaan yang dianggap mengganggu
12.  Perawat harus menciptakan suasana yang memungkinkan pasien bebas berkembang tanpa rasa takut
13.  Altruisme, mendapatkan kepuasan dengan menolong orang lain secara manusiawi.
14.  Berpegang pada etika dengan cara berusaha sedapat mungkin keputusan berdasarkan prinsip kesejahtraan manusia
15.  Bertanggung jawab dalam dua dimensi yaitu tanggung jawab terhadap dirinya atas tindakan yang dikaukan dan tanggung jawab terhadap orang lain.
PRINSIP KOMUNIKASI TERAPEUTIK MENURUT CARL ROGERS
1. Perawat harus mengenal dirinya sendiri
2. Komunitas harus ditandai dengan sikap saling menerima,percaya,dan menghargai
3. Perawat harus memahami dan menghayati nilai yang dianut klien
4. Perawat harus menyadari pentingnya kebutuhan klien
5. Perawat harus menciptakan suasana yang nyaman
6. Perawat harus bisa memotivasi klien
7. Perawat mampu menguasai perasaannya sendiri
8. Memahami betul arti Empati
9. Berpegang pada etika
10. Bertanggung jawab
11. Altruisme
PRINSIP KOMUNIKASI TERAPEUTIK MENURUT SURYANI
1. Hubungan perawat dan klien saling menguntungkan
2. Perawat harus menghargai keunikan klien
3. Perawat harus mampu menjaga harga dirinya dan harga diri klien.
4. Komunikasi yang menciptakan tumbuhnya hubungan saling percaya (trust) PRINSIP KOMUNIKASI TERAPEUTIK MENURUT PURWANTO
1. Klien harus merupakan fokus utama dari interaksi
2. Tingkah laku professional
3. Membuka diri
4. Hubungan sosial dengan klien harus dihindari
5. Kerahasiaan klien harus dijaga
6. Kompetensi intelektual harus dikaji untuk menentukan pemahaman
7. Implementasi intervensi berdasarkan teori
8. Memelihara interaksi yang tidak menilai
9. Beri petunjuk klien untuk menginterprestasikan kembali pengalamannya secara  rasional
10. Telusuri interaksi verbal klien melalui statemen klarifikasi dan hindari perubahansubyek/topik jika perubahan isi topik tidak merupakan sesuatu yang sangat menarik klien.
PRINSIP KOMUNIKASI TERAPEUTIK MENURUT DE VITO
1. Keterbukaan
2. Empati
3. Sifat mendukung sikap positif
4. Kesetaraan

C.     PEMASANGAN NASO GASTRIC TUBE
a.       Keuntungan
- Mengurangi sepsis
- Meminimalkan respon trauma hipermetabolik
- Mempertahankan struktur dan fungsi intestinal
b.      Tujuan
- Mempertahankan status nutrisi
- Irigasi lambung
- Decompressi lambung
- Kepentingan diagnostic
c.       Prinsip
- bersih
d.      Indikasi
- Pasca operasi 24-48 jam
- Tidak bisa mengunyah, tapi masih mampu mencerna dan mengabsorbsi
e.       Alat-Alat Yang Digunakan
1. Selang NGT (sesuai kebutuhan)
2. Kateter tip (spuite besar 50-100 ml)
3. Stetoscope
4. Jelly
5. Sarung tangan bersih
6. Tissue
7. Pinset
8. Bengkok
9. Guntig dan plester
10. Handuk
11. Kom berisi NaCl/air
12. Spatel lidah
13. Senter


f.       Prosedur
1. Kaji kebutuhan klien dan indikasi pemasangan slang NGT
2. Validasi kesiapan perawat
3. Siapkan alat-alat yang dibutuhkan
4. Cuci tangan
5. Jelaskan tujuan dan prosedur kegiatan
6. Jaga privasi klien
7. Kerjasama dengan klien menentukan kode yang digunakan apabila klien merasa
tidak nyaman, nyeri atau lain sebagainya
8. Kaji ronggga mulut dan hidung klien, jika ada kotoran maka bersihkan
9. Kaji kondisi umum klien, jika hipoksia anjurkan klien untuk menarik nafas dalam
atau tinggikan pemberian O2 sebanyak 1-2 liter
10. Bantu klien dengan posisi high fowler atau semi fowler dengan kepala tegak
11. Ajarkan klien untuk menarik nafas dalam, saat selang dimasukkan dan menelan saat selang beradaa dimulut
12. Siapkan plester dengan panjang 10 cm
13. Pasang handuk kecil diatas dada klien
14. Pasang sarung tangan bersih
15. Anjurkan klien untuk relaks dan bernafas dengan normal dengan menutup sebelah hidung,kemudian mengulanginya dan menutup hidung yang lainnya untuk menentukan insersi NGT
Ukur panjang slang NGT yang akan dimasukkan dengan menggunakan metode: Metode Tradisional, ukur jarak dari puncak hidung ke daun telinga bawah hingga ke prosesus xifoideus di sternum Metode hansons. Mula-mula tandai slang 50 cm, kemudian lakukan pengukuran dengan metode tradisional,panjang yang digunakan adalah antara 50 cm dengan hasil ukuran tradisional
16.  Beri jelly dari ujung slang sepanjang 10-20 cm
17.  nstruksikan klien untuk relaks dan bernafas normal, kemudian masukkan slang secara perlahan tapi tegaas melalui nasal,jangan masukkan secara paksa,jika terasa ada hambatan keluarkan secara perlahan dan ulangi melalui lubang nasal lainnya
18.  Masukkan slang sampai nasopharing (5 cm), instruksikan klien untuk memfleksikan leher dan menelan
19.  Cek letak slang NGT: Pasang spuit pada ujung slang dan masukkan udara sebanyaak 10-20 cc sambil meletakkan stetoskop pada bagian abdomen kiri atas kemudian injeksikan udara bersamaan dengan auskultasi gaster kiri. Aspirasi pelan-pelan untuk mendapatkan cairan lambung. Masukkan ujung luar NGT kedalam air.
20.  Fiksasi slang NGT dengan plester
21.  Rawat ujung luar slang NGT sesuai dengan indikasi pemasangan NGT
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar